Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

Senin, 19 Agustus 2013

DAN PERANG SAUDARA PUN TIDAK TERJADI

“Allah memberi petunjuk, “wahai orang-orang yang beriman perhatikanlah - ambillah pelajaran - dari masa lalu - dari sejarah, dari yang telah terjadi – untuk hari esok, untuk masa depan”
Semua ajudan menangis saat Bung Karno mau pergi, “Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan” salah satu ajudan hampir berteriak memprotes tindakan diam Bung Karno.
Bung Karno menyampaikan bahwa “Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti perang saudara, perang saudara itu sulit .., jikalau perang dengan Belanda kita jelas hidungnya beda dengan hidung kita, perang dengan bangsa sendiri tidak..LEBIH BAIK SAYA YANG ROBEK DAN HANCUR DARIPADA BANGSA SAYA HARUS PERANG SAUDARA”.
Selengkapnya...

Kamis, 04 Juli 2013

BIBIR DAN BUNGA

Bibir seperti bunga, ada kuncup ada mekar, ada manyun ada senyuman.

Keduanya keindahan dalam sisi yang berbeda, tapi memerlukan hal yang sama. Sama perlu perhatian.

Senyuman diberi perhatian agar ia tetap berkembang mekar . Manyun diberi perhatian agar berkembang mekar menjadi senyuman.

Apakah engkau tersenyum karena melihat batang berduri itu memiliki mawar yang indah, atau berkeluh kesah manyun karena mawar yang indah memiliki batang yang berduri ?

Apakah kau manyun, bersedih dan memandang sebelah mata karena melati itu kecil, atau senyum, bahagia dan menghargainya karena melati itu putih bersih dan mewangi ?
Selengkapnya...

Rabu, 22 Desember 2010

IBU DAN ANAK

Mampukah seorang anak mengurus ibunya seperti ia diurus dahulu oleh ibunya ?

nampaknya sepuluh anak pun tidak mampu mengurus seorang ibunya,


tapi seorang ibu bisa mengurus berapa pun anaknya

Selengkapnya...

Selasa, 14 September 2010

GELAS ATAUKAH DANAU


Seorang guru sufi bertemu dan berdialog dengan seorang muridnya yang belakangan selalau tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung ? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah syukurmu? " sang Guru bertanya.

"Guru, akhir-akhir ini hidupku penuh dengan masalah. Sulit bagiku untuk
tersenyum. Masalah terus berdatangan seakan tak ada habisnya, " jawab sang murid.

Sang Guru tersenyum, "Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambillah segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Walau tak mengerti si murid pun melakukannya. Wajahnya meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah masih meringis.

Sang Guru tersenyum, "Sekarang kau ikut aku."

Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. Samapi di danau, sang Guru berkata, "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Tanpa bertanya dan bicara, si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau.

Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tidak sopan meludah di hadapan gurunya.

"Sekarang, coba kamu minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar di pinggir danau untuk didudukinya.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, lalu menuangkannya ke mulutnya dan meminumnya.

Saat air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil menyeka bibir dengan punggung tangannya. Air danau itu segar dan menghilangkan rasa asin di mulutnya.

"Terasakah asin garam yang kamu tebarkan tadi?"

"Sama sekali tidak," kata si murid sambil kembali mengambil air dan meminumnya.

Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya dan membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

Setelah muridnya selesai minum, sang Guru berkata, "Nak, segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari luasnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu seluas danau."

Selengkapnya...

Selasa, 11 Mei 2010

KEKUATAN DAHSYAT


Memiliki kekuatan adalah dambaan. Keras, kekar, besar adalah citra kekuatan. benarkah itu yang sebenarnya ?

Tidak...

Tulang-rangka kita yang keras dan besar tidak mampu menegakkan tubuh kita, ketika kantuk datang menyerang. Tenaga besar pun tak mampu menolong.

Tubuh yang kekar langsung lunglai, saat nafas tertahan dan terhenti.

Tangisan keras, emosi yang meledak dan marah yang menyala, luluh dan reda dengan dekap cinta dan genggam mesra.

Ternyata yang besar, yang kekar dan yang keras dikalahkan oleh desah nafas, kehalusan kantuk serta kelembutan cinta dan kasih sayang.

Kelembutan dan kehalusan adalah kekuatan yang mengalahakan kekekaran, kebesaran dan kekerasan.

Bukankah Allah pun memulai kitab-Nya dengan Bismillahirrohmanirrohim - Dengan nama Allah Yang Amat penuh cinta dan kasih sayang.

Bangunlah wahai diriku, bangunkanlah sekitarmu dengan cinta dan kasih sayang yang penuh dengan kelembutan dan kehalusan. Lihatlah semuanya menjadi kuat.

Selengkapnya...

Sabtu, 13 Maret 2010

ALHAMDU LILLAH AKU SAKIT

Saat ku pinjam sandalmu, ku ucapkan terima kasih. Saat ku pakai sandalmu, ku rasakan nikmatnya bersandal. Saat kau pinta kembali sandalmu, ku kembalikan dan ku ucapkan kembali terima kasih. Aku tak berhak menahan sandal yang ku pinjam. Aku tak berhak marah dan kesal karena kamu meminta kembali sandalmu yang ku pinjam.

Semua yang kita terima adalah pinjaman dari Allah. Saat kita mendapatkan pinjaman itu saat itulah kita bersyukur, alhamdu lillah terima kasih ya Allah.

Saat kita memanfaatkan pinjaman Allah, kita bersyukur, alhamdu lillah terima kasih ya Allah.

Saat Allah mengambilnya kembali, kita pun bersyukur, alhamdu lillah terima kasih ya Allah.

Kita tak berhak menolak Allah meminta kembali apa yang Dia pinjamkan.

Kita tak berhak marah dan kesal saat Allah mengambil kembali apa yang Dia pinjamkan.

Dalam Mukasyafatul Qulub diriwayatkan khobar dari Nabi s.a.w. : "Ketika seorang hamba sakit, Allah mengutus dua Malaikat kepadanya dan memerintahkan, "Perhatikanlah apa yang dikatakan hamba-Ku" Maka apabila ia mengatakan Alhamdu lillah, dilaporkanlah itu kepada Allah walaupun Allah lebih mengetahuinya. Maka Allah berfirman, "Bagi hamba-Ku apabila Aku memawafatkannya (wajib) atas-Ku memasukkannya ke dalam surga, dan apabila aku menyembuhkannya (wajib) atas-Ku mengganti dagingnya dengan daging yang lebih baik, mengganti darahnya dengan darah yang lebih baik dan menghapuskan keburukan-keburukannya"

Selengkapnya...

Senin, 08 Februari 2010

KU MENCINTAI MU SUNGGUH AKU MENCINTAIMU

Aku katakan padamu, "Aku mencintaimu.."


Setelah itu, aku aku pun bertanya padamu, "Apakah engkau mencintaiku ?"

Aku pun memintamu untuk mengerti, memahami dan berkorban untukku.

Tak lupa, aku memintamu untuk tunduk pada keinginan-keinginanku. Aku memintamu menjadi apa yang aku mau. Aku mengharuskanmu mendengar dan melaksnakan "nasehat-nasehatku".

Aku sedih, kesal, tersinggung dan marah saat engkau tidak seperti yang aku mau.

Mengapa aku tak bisa mengatakan, "Aku mencintaimu walaupun engkau tidak seperti keinginanku".

Mengapa tak aku katakan, "Aku tetap mencintaimu, meskipun kau tak seperti yang aku mau".

Hhmmmm.....

Saat kulihat cermin di hatiku, baru ku tahu bahwa aku hanya mencintai diriku sendiri dan tidak pernah mencintaimu.

Ya Tuhanku, apakah seperti ini dustaku, dusta anak-anak manusia. Mendustai diri sendiri, tapi selalu mengatakan orang lain mendustai dirinya.

Bisakah anak manusia hidup dengan cinta yang menerima kata meskipun..... dan walaupun.....

Selengkapnya...