Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

Rabu, 28 Oktober 2009

BEBAN DAN CINTA


Apakah ada seorang manusia yang tidak memiliki beban ?

Orang tua ?
anak beban mereka

Anak ?
orang tua beban mereka

Suami ?
istri beban mereka

Istri ?
suami beban mereka ?

Tetangga ?
kita beban mereka

Guru ?
murid beban mereka

Murid ?
guru beban mereka

Pemimpin ?
rakyat beban mereka

Rakyat ?
pemimpin beban mereka

Apakah ada yang tidak memiliki beban ?
Apakah realistis kalau aku tak ingin memiliki beban ?

Apakah tidak lebih baik kita memiliki beban cinta,
sehingga semua menjadi indah dan membuat kita tersenyum dan bersyukur, sehingga semua menjadi ringan sehingga membuat kita bernafas lega dan bersabar


Selengkapnya...

Senin, 28 September 2009

AGAMA SEBENARNYA


Rosululloh s.a.w. ditemui seorang sahabat r.a.
Dari hadapan beliau s.a.w., sahabat r.a. ini bertanya, "Apa itu agama ?"

Rosululloh s.a.w. menjawab, "Baik akhlaq (budi pekerti)"

Sahabat r.a. ini berpindah ke sebelah kanan Rosululloh s.a.w. dan bertanya kembali, "Apa itu agama ?"

Rosululloh s.a.w. kembali menjawab, "Baik akhlaq (budi pekerti)"

Sahabat r.a. ini berpindah ke sebelah kiri Rosululloh s.a.w. lalu bertanya lagi, "Apa itu agama ?"

Rosululloh s.a.w. menjawab lagi, "Baik akhlaq (budi pekerti)"

Sahabat r.a. ini berpindah ke belakang Rosululloh s.a.w. lalu menyampaikan pertanyaan, "Apa itu agama ?"

Rosululloh s.a.w. menoleh dan tersenyum lalu menjawab, "Bila belum paham juga, agama adalah tidak marah"

Sudah beragama belum kita ya ? Masih marah-marah kah ?

Istri Ajengan Ilyas Ruhiyat Cipasung pernah ditanya tentang pengalaman khusus lima puluh tahun terikat pernikahan dengan ajengan Ilyas, beliau menjawab, "Tidak satu kali pun (dalam 50 tahun pernikahan) ajengan Ilyas marah"

Setara ajengan Ilyas- kah kita ? mohon maaf mungkin kita tidak perlu terlalu jauh mengukur diri kita dengan Rosululloh s.a.w. sebagai totalitas Al-Quran dan Assunnah, cukup satu hadis di atas. Dan bandingkan diri kita dengan ajengan Ilyas Ruhiat Cipasung.

Astagfirullohal 'azim wa atubu ilaih, Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku


Selengkapnya...

Senin, 27 April 2009

O..... IBU


Hidupkan hatimu
biarlah ia menggelora dengan energi cinta
Renungkanlah !

Bertahun, tahun yang lalu, ibu mengandungku
Sembilan bulan aku dalam kandungan

Di bulan-bulan pertama,
aku membuat ibu mual-mual dan muntah-muntah

Bulan-bulan selanjutnya,
aku memberati perut ibu
Semakin aku membesar, semakin berat perut ibu
Semakin aku membesar, semakin sulit ibu untuk bergerak
Ibu semakin tidak bebas
Ibu takut mencelakai aku yang ada di perutnya
Ibu sulit untuk duduk
Ibu sulit berdiri
Ibu sulit berbaring
Ibu pun sulit untuk berjalan


Ketika aku mulai bergerak
Aku mulai dengan menendang perut ibu
Ibu kesakitan, tapi ........ ibu tersenyum bahagia

Ketika tiba saat aku dilahirkan
Ibu menjerit kesakitan
Darah mengali
r dari rahimnya
Ibu berada ant
ara hidup dan mati
Saat itu......ib
u seakan sedang meregang nyawa
Tapi.., ibu bertahan karena cinta dan kasihnya padaku

Hari ini....
apa balasku untuk ibu ???
Hari ini.... apa baktiku untuk ibu ???
Hari ini.... mana kasih sayangku pada ibu ???

TUHAN.... AMPUNILAH AKU, KASIHILAH IBU

Selengkapnya...

Sabtu, 14 Februari 2009

TIGA KEBENARAN DALAM KEARIFAN


Seorang guru sufi berkata, "teruslah ketuk pintu Tuhanmu, niscaya satu ketika Dia akan membukanya untukmu !"

Guru sufi yang lain berkata, "Apakah Tuhan menutup pintu-Nya ? Tidak. Tuhan tidak menutup pintu-Nya, hanya kita yang enggan masuk dan malahan lari dari pintu Tuhan"

Guru sufi yang lain berkata, "Apakah kita bisa lari dari Tuhan ? bukankah Tuhan Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui (?) Dia tidak pernah lalai dan lupa walau sekejap. Dia selalu bersama kita dan merengkuh kita dengan cinta-Nya, hanya kita yang tidak mengenal-Nya".


Selengkapnya...

Sabtu, 10 Januari 2009

MENEMBUS TUJUH LAPIS LANGIT

Sohabat Mu’az bin Jabal rodiyallohu ‘anhu menyampaikan bahwa ketika beliau sedang bersama Rosululloh sollallohu ‘alaihi wa sallam,Rosululloh sollalloh ‘alahi wa sallam menyampaikan sebuah hadis yang sangat ditekankan untuk diperhatikan sehingga beliau sampai bersabda, “Aku sampaikan sebuah hadis yang apabila kamu pelihara - apabila kamu perhatikan, maka bermanfaat bagimu dan apabila kamu sia-siakan - apabila kamu sepelekan, maka kamu tidak akan punya hujjah - tidak akan punya alasan, di hadapan Allah ‘azza wa jalla”

Rosululloh sollallohu ‘alaihi wa sallam menyampaikan bahwa Allah menciptakan tujuh Malaikat dan tujuh langit, satu Malaikat menjadi penjaga pintu dari satu langit. Malaikat tersebut akan memeriksa setiap orang yang amalnya diangkat ke langit oleh Malaikat Hafazoh.

LANGIT PERTAMA

Ada amal yang bersinar bagaikan matahari dan Malaikat Hafazoh yang membawanya memuji banyak dan bersihnya amal tersebut, Malaikat penjaga pintu langit pertama menghentikannya seraya berkata, “Tamparkan amal ini pada wajah pelakunya, aku pemeriksa gibah, aku diperintahkan Allah untuk tidak membiarkan amal para pelaku gibah untuk melewatiku - aku diperintahkan Allah untuk tidak membiarkan amal orang yang suka menceritakan kejelekan orang lain untuk melewatiku”

LANGIT KEDUA

Ada amal lain yang berkilauan cahayanya, banyak dan dipuji oleh Malaikat Hafazoh yang membawanya. Amal ini berhasil melewati langit pertama karena pelakunya tidak pernah menceritakan keburukan orang lain. Tetapi ketika sampai di pintu langit kedua, penjaga langit kedua menghentikan seraya berkata, “Berhenti, tamparkan amal ini ke wajah pelakunya, sesungguhnya ia punya maksud duniawi dengan amalnya - ia mengejar kekayaan, ia mengejar kekuasan dengan amalnya - aku diperintahkan Allah tidak membiarkan amalnya melewatiku”

Dilaknatlah pelakunya oleh para Malaikat sampai sore hari.

LANGIT KETIGA

Ada lagi Malaikat Hafazoh yang naik ke langit dengan membawa amal yang sangat memuaskan, penuh oleh sedekah, puasa dan bermacam-macam kebaikan yang Malaikat Hafazoh memuji dan menganggap sedemikian banyaknya. Langit pertama dan kedua terlewati, tapi begitu sampai ke langit ketiga, Malaikat Penjaga pintu langit ketiga berkata, “Berhenti, tamparkan amal ini ke wajah pelakunya, saya Malaikat pemeriksa kibr (kesombongan), aku diperintahkan Allah tidak membiarkan amalnya melewatiku, karena ia seorang yang takabbur – seorang yang sombong pada orang lain di lingkungannya - ia merasa dirinya lebih dari yang lain”.

LANGIT KEEMPAT

Ada lagi amal yang dibawa naik oleh Malaikat Hafazoh. Amal itu bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, dengan puasa, shalat, hajji dan umroh. Begitu sampai ke langit yang keempat, Malaikat Penjaga pintu langit keempat itu berkata, “Berhenti, tamparkan amal ini ke wajah pelakunya, saya Malaikat pemeriksa ujub – pemeriksa rasa bangga diri, yeuh aing, aku diperintahkan Allah tidak membiarkan amalnya lewat, sebab jika dia beramal, dia selalu ujub.”

LANGIT KELIMA

Ada lagi Malaikat Hafazoh naik dengan membawa amal seorang hamba yang diiring, diantar seperti pengantin. Amalnya begitu bagus, seperti jihad, ibadah hajji dan umroh, cahayanya pun berkilauan bagaikan matahari. Ketika sampai di langit kelima, Malaikat Penjaga pintu langit kelima berkata, “Saya Malaikat pemeriksa hasud (iri / dengki), dia suka hasud kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah – ia iri, ia dengki pada orang lain, dia itu benci pada yang membuat Allah rido. Aku diperintahkan Allah tidak membiarkan amalnya lewat”.

LANGIT KEENAM

Ada Malaikat Hafazoh yang naik dengan membawa amal yang lain, membawa wudu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, hajji, umroh. Namun, ketika sampai ke langit yang keenam, Malaikat Penjaga pintu langit keenam berkat, “Saya Malaikat pemeriksa rahmat – pemeriksa kasih sayang, tamparkan amal yang nampaknya bagus ini ke wajah pelakunya, ia tidak pernah mengasihi orang lain, apabila ada orang yang mendapatkan musibah, maka dia merasa senang. Aku diperintahkan Allah tidak membiarkan amalnya lewat”.

LANGIT KETUJUH

Ada pula Malaikat Hafazoh yang naik ke langit dengan membawa amal hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad dan waro’. Suara amal itu bergemuruh bagaikan guntur, cahayanya pun bagaikan petir. Ketika sampai ke langit yang ketujuh, Malaikat Penjaga pintu langit ketujuh berkata, “Saya pemeriksa sum’ah – pemeriksa rasa ingin mashur dan populer, sesungguhnya pemilik amal ini ingin termashur dalam kumpulan-kumpulan, selalu ingin tinggi diantara kawan-kawannya dan ingin mendapat pengaruh di hadapan para tokoh. Aku diperintahkan Allah tidak membiarkan amal itu lewat. Tiap-tiap amal yang tidak bersih karena Allah, maka itulah riya. Allah tidak menerima dan tidak mengabulkan amal orang-orang riya”.

DI HADHROTULLOH

Ada pula Malaikat Hafazoh yang naik dengan membawa amal hamba, yakni shalat, zakat, puasa, hajji, umroh, akhlak terpuji dan pendiam tidak banyak omong serta penuh zikir kepada Allah Yang Maha Tinggi, lolos melewati ketujuh langit. Kemudian diiring oleh Malaikat ketujuh langit sehingga sampai menerobos hijab-hijab dan sampai ke hadirat Allah Yang Maha Suci. Para Malaikat berdiri di hadapan Allah jalla jalaluh. Semua bersaksi bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan diikhlaskan karena Allah.

Tapi, Allah Yang Maha Tinggi berfirman, “Kalian Hafazoh, pencatat amal hamba-Ku, sedang Akulah yang mengawasi hatinya. Amal ini tidak karena Aku, yang dimaksudkan olehnya adalah selain dari-Ku, tidak diikhlaskan kepada-Ku. Aku lebih mengetahui apa yang dimaksud olehnya dengan amal itu. Aku laknat ia, ia menipu manusia dan menipu kalian, tapi Aku tak tertipu olehnya. Akulah Yang tahu akan segala yang gaib. Akulah yang melihat isi hatinya. Tidak samar bagi-Ku apapun yang samar. Tidak tersembunyi bagi-Ku apapun yang tersembunyi. Ilmu-Ku terhadap yang terjadi sebagaimana ilmu-Ku terhadap yang akan terjadi. Ilmu-Ku terhadap yang lalu se-bagaimana ilmu-Ku terhadap yang akan datang. Ilmu-Ku terhadap mereka yang terdahulu sebagaimana ilmu-Ku terhadap mereka yang kemudian. Aku mengetahui yang rahasia dan yang samar. Bagaimana hamba-Ku dapat menipu-Ku dengan amalnya ? Dia hanyalah bisa menipu makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku Yang mengetahui segala yang gaib. Laknat-Ku tetap baginya.”

Berkata Malaikat ketujuh langit dan 3000 Malaikat yang mengiringinya, “Ya Tuhan kami tetap baginya laknat-Mu dan laknat kami semua.”

Berkata pula penghuni langit, “Tetap baginya laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat.”

MENYELAMATKAN DIRI

Ketika mendengar hadis ini Sohabat Mu’az bin Jabal rodiyallohu ‘anhu menangis terisak-isak dan berkata, “Ya Rosulalloh, bagaimana aku bisa selamat dari yang barusan diceritakan ?”

Rosululloh bersabda, “Hai Mu’az, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan !”

Sahabat Mu’az bin Jabal rodiyallohu ‘anhu bertanya kembali, “Engkau adalah Rosululloh, sedangkan saya ini hanya si Mu’az bin Jabal. Bagaimana saya bisa selamat dan bagaimana bisa terlepas dari bahaya tersebut ?”

Rosululloh menjawab, “Begitulah wahai Mu’az. Seandainya dalam amalmu ada kelengahan dan kekurangan, maka :
  • Tahanlah lisanmu dari menjelekkan orang lain, terutama menjelekkan para ulama – para ahli Al-Quran.
  • Tolaklah keinginan menjelekkan orang lain dengan mengingat kejelekan dirimu sendiri.
  • Jangan membersihkan dirimu sendiri dengan menjelekkan orang lain.
  • Jangan mengangkat dirimu dengan merendahkan, menekan dan menjatuhkan orang lain.
  • Jangan pamerkan amalmu agar diketahui orang lain.
  • Jangan mengurusi dunia sehingga melupakan urusan akhirat.
  • Jangan berbisik dengan seseorang ketika ada orang lain.
  • Jangan takabbur kepada orang lain, nanti luputlah kebaikanmu di dunia dan akhirat.
  • Jangan berkata kasar di majlis sehingga orang takut terhadap keburukan akhlakmu. Jangan mengungkit-ungkit kebaikan pada orang lain.
  • Jangan merobek-robek orang lain dengan lisanmu, nanti kamu dirobek-robek anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman Allah ta’ala : “wan nasyitoti nasyto” (di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia), yaitu mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.


Sohabat Mu’az bin Jabal bertanya kembali, “Ya Rosulalloh, siapa yang yang kuat menanggung penderitaan seperti ini ?

Rasululloh menjawab, “Wahai Mu’az, yang aku ceritakan tadi padamu itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah ta’ala. Cukuplah bagimu mencintai orang lain sebagaimana mencintaimu sendiri dan bencilah untuk orang lain apa yang kamu benci untuk dirimu sendiri. Bila engkau demikian niscaya dirimu akan selamat dan terhindar.”


Selengkapnya...

Sabtu, 27 Desember 2008

KENDURI ILAHI


Beribu tahun yang lalu, Allah telah menyampaikan undangan kenduri rutin kepada hamba-hamba-Nya. Setahun sekali seluruh hamba-Nya dari belahan bumi yang mana pun diundang untuk menghadiri kenduri dahsyat – kenduri yang tidak ada tandingannya di belahan semesta yang manapun.

Kenduri itu diselenggarakan Allah di “rumah-Nya (baitullloh) di Makkah”. Mereka yang menghadiri kenduri itu dinamakan hajji. Hajj bermakna qosdu. Qosdu artinya bermaksud. Bermaksud di sini adalah bermaksud memenuhi undangan Allah untuk menghadiri kenduri di “rumah-Nya”.

Pada saat kenduri dahsyat tersebut, Allah tidak melupakan hamba-hambanya yang tidak dapat hadir. Allah kirimkan hidangan kenduri-Nya ke seluruh penjuru dunia, di manapun hamba-Nya berada. Itulah yang dikenal dengan pembagian hewan qurban.

Qurban adalah hidangan Allah (diyafatulloh) bagi hamba-hamba-Nya. Karenanya, tidak peduli kaya atau pun muskin, saat hari raya qurban, semua hamba Allah berhak untuk ikut mengecap nikmatnya hidangan dari Allah –menikmati hewan qurban. Fiqh mengatakan, status hewan qurban adalah sodaqotan lil fuqoro wa hadiyatan lil agniya (sodaqoh untuk yang faqir dan hadiyah untuk yang kaya).

Qurban sendiri berasal dari kata qoruba yang bermakna dekat. Dengan qurban itulah diukur kedekatan seorang hamba dengan Allah. Partisipasi seseorang pada sebuah kenduri, hajat atau pesta tergantung kedekatan seseorang dengan si pemilik kenduri. Qurban adalah partisipasi hamba pada kenduri Allah. Semakin dekat seorang hamba dengan Allah, maka semakin banyak partisipasinya dalam kenduri Allah ini.

Seorang ayah yang mencintai putrinya akan mengeluarkan berpuluh bahkan beratus juta untuk kenduri pernikahan putrinya. Seorang kakak akan berpartisipasi berjuta-juta rupiah untuk kenduri adiknya. Seorang kekasih akan membuatkan kenduri (pesta) untuk ulang tahun kekasihnya. Bentuk partisipasi yang dilakukan tidaklah terbatas kecuali oleh kemampuan yang ada.

Bercermin dari itu, seorang hamba yang dekat dan mencintai Allah, akan berpartisipasi dalam kenduri Allah dengan beragam hal sesuai dengan kemampuannya. Fiqih memang mengatakan hewan qurban adalah domba dan sejenisnya untuk satu orang serta sapi atau sejenisnya untuk tujuh orang. Tapi kedekatan dan cinta seorang hamba kepada Allah tidak dapat dibatasi oleh ketentuan fiqih saja. Batas fiqih ini mungkin untuk menunjukkan bahwa mereka yang mempunyai kemampuan senilai domba atau sapi dan tidak berkurban adalah para pembohong dalam cintanya kepada Allah. Keterlaluan kalau mereka mampu berpartisipasi tapi tidak ikut serta.

Kedekatan dan cinta hamba pada Allah mungkin diekspresikan sesuai dengan kemampuan setiap individu hamba-Nya. Allah berfirman, “La yukallifullohu nafsan illa wus’aha (Allah tidak menuntut hamba-Nya di luar batas kemampuannya)”. Karena itulah, untuk mereka yang merasa dekat dan cinta kepada Allah dapat berqurban dengan bentuk apapun juga.

Kalau anda mampu untuk tiga domba, mengapa tidak. Kalau anda mampu untuk sepuluh sapi mengapa tidak. Kalau anda hanya mampu seekor ayam atau seekor kelinci atau seekor ikan atau mungkin sebuah tahu atau sejumput garam, bersedekahlah dengan itu semua, berbicaralah dengan Allah bahwa itu kemampuan anda – itulah qurban anda.

Mungkin selain bersedekah dengan barang, kedekatan dan cinta kepada Allah dapat pula diekspresikan dengan menjadi pengelola qurban. Mungkin ia akan menjadi kurir Allah dalam menyampaikan hjdangan kepada hamba-hamba-Nya.

Tapi, jangan anda minta status qurban fiqih pada selain domba, sapi dan sejenisnya. Biarlah fiqh berbicara pada maqomnya, yaitu maqom zohir dan formal. Marilah kita berbicara dengan hati kita pada maqom makna dan penghayatan. Berbicaralah dengan Allah. Cukuplah Allah yang mengetahui, menilai dan memaknai kecintaan dan kedekatan kita dengan-Nya.

Marilah kita buktikan cinta dan kedekatan pada Tuhan pada momentum’idul adha Buktikanlah qurban anda. Buktikanlah cinta anda.

Wallohu a’lam bis sowab.


Selengkapnya...

Kamis, 06 November 2008

BERCINTA DENGAN TUHAN ; iman dan taqwa dalam perspektif romantis

TUHAN

Ketika berbicara tentang iman dan taqwa otomatis yang dibicarakan adalah hubungan dengan Tuhan. Sebelum berbicara tentang hubungan dengan Tuhan, maka harus ditetapkan dulu apakah Tuhan itu ada ataukah tidak. Bagaimanapun dalam lingkungan manusia ada kelompok yang memang mempercayai adanya Tuhan dan ada kelompok yang menyatakan dirinya tidak mempercayai adanya Tuhan.

Bila manusia mempergunakan inderanya saja, ia tidak akan menemukan adanya Tuhan. Mengapa ? Karena Tuhan tidak bisa dicapai panca indera. Panca indera hanya mencapai sesuatu yang material, sedangkan Tuhan adalah sesuatu yang gaib dan non material. Mereka yang hanya mempergunakan indera ini tidak akan meyakini adanya Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Bani Isroil pada masa Nabi Musa a.s.

Dan (ingatlah), ketika kalian berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang”........(Q.S. Al-Baqarah : 55)

Manusia yang ingin mengenal Tuhan, harus mengembangkan dirinya kepada sesuatu yang lebih tinggi. Manusia harus mengembangkan akal pikirannya, tidak sekedar mempergunakan panca inderanya saja. Seperti itulah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. yang dikisahkan dalam Al-Quran. Beliau a.s. pertama-tama melihat bintang dan menyangka itu Tuhan. Kemudian beralih kepada bulan dan kemudian kepada matahari. Ketika semua itu tenggelam menghilang, sampailah beliau a.s. kepada kesimpulan bahwa Tuhan bukan itu semua, namun Pencipta semua itu.

Bila coba dijelaskan secara matematis, tiada Tuhan artinya memulai alam semesta ini dari kosong. Kosong dioperasikan dengan operasi matematika yang mana pun tetap menghasilkan kosong. Kosong tambah kosong hasilnya kosong. Kosong kurang kosong hasilnya kosong. Kosong kali kosong hasilnya kosong. Kosong bagi kosong hasilnya juga kosong.

Bila konsep matematika itu dipahami, maka secara matematis - yang dikategorikan ilmu pasti – tidak mungkin alam semesta dimulai dari kosong (tiada apa pun). Kosong tidak dapat melakukan perubahan. Kosong tidak berdaya untuk membuat apapun.

Karena itu, alam semesta harus dimulai dari ada. Ada yang pertama secara matematis adalah satu. Satu secara matematis berdaya untuk melakukan perubahan. Satu dapat ditambah satu menghasilkan dua. Satu pertama itulah Tuhan.

Katakanlah, Dialah Allah Yang Satu(Q.S. Al-Ikhlash : 1)

Satu ini pun merupakan eksistensi sebenarnya dari bilangan yang lain. Silahkan pecah-pecah bilangan yang mana pun. Hasil dari pemecahan itu akan menemukan satu dibalik semua itu. Dua adalah satu tambah satu. Tiga adalah dua tambah satu. Duanya satu ditambah satu. Demikian pula bilangan lainnya.

Satu merupakan Penguasa dengan kekuasaan tak terbatas. Semua bisa ditambah dan dikurangi satu. Tidak ada bilangan yang terakhir. Yang ada adalah manusia kehilangan istilah untuk bilangan tak terhingga itu.

Satu mampu membuat perubahan dan keabadian. Perubahan dapat diperoleh dengan menambah atau mengurangi dengan satu. Keabadian dapat diperoleh dengan mengalikan atau membagi dengan satu.

Allah tempat bergantung (segala sesuatu)(Q.S. Al-Ikhlash : 2)

Dengan demikian jelaslah secara pasti keberadaan Tuhan. Pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan adalah pengingkaran terhadap akal pikiran yang sehat.

NAMA TUHAN

Tuhan dalam agama Islam bernama Allah. Allah menurut sebagian pendapat merupakan kata jadian (ism musytaq) dari asal kata ilahun. Ilahun mendapat tambahan alif lam di awalnya menjadi al-ilahu. Kemudian, dibuang hamzahnya (i-nya), sehingga menjadi Allah.

Kata ilah mempunyai beberapa makna. Di antara makna itu adalah yang sangat dicintai. Dengan demikian Allah artinya Sang Maha Kekasih – Yang Maha Sangat Dicintai.

Dengan demikian, ketika memanggil Yaa Allah, seakan terjemah maknawinya adalah Wahai Kekasih Yang Amat kucinta.

HUBUNGAN DENGAN TUHAN

Hubungan dengan Tuhan dalam bahasa agama disitilahkan dengan IMAN. Iman adalah cinta. Rosululloh Muhammad s.a.w. pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Apa yang dimaksud iman ?” Rasulullah Muhammad s.a.w. menjawab, “Mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai apapun juga selain Keduanya”.(H.R. Al-Bukhari)

Cinta mempunyai dua getaran. Pertama, harap. Kedua, cemas. Mereka yang memiliki cinta mempunyai harapan dicintai oleh Kekasihnya. Mereka yang memiliki cinta mempunyai kecemasan dimurkai Kekasihnya. Dengan pemahaman itu, mereka yang beriman adalah mereka yang mempunyai harapan dicintai Tuhan dan cemas dimurkai Tuhan.

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah yang ketika disebut nama Allah bergetarlah (wajilat) hatinya dan ketika dibacakan ayat-Nya bertambahlah cintanya (imannya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal(Q.S. Al-Anfal (8) ayat 2

Cinta adalah bahasa hati, bukan bahasa jasmani. Iman berada di hati bukan di jasmani.

Hati menurut Imam Al-Ghazali q.s. seperti sebuah cermin satu arah. Bila menghadap ke satu arah ia berpaling dari arah yang lain. Hati hanya memiliki satu cinta. Bila ia mencintai sesuatu, maka ia berpaling dari yang lain. Bila hati mencintai (beriman kepada) Allah, maka ia berpaling dari yang lain. Bila ia mencintai yang lain, ia berpaling dari Allah.

Guru-guru sufi sering menceritakan sebuah kisah sebagai ilustrasi iman. Seorang pemuda suatu ketika jatuh cinta pada seorang gadis. Ia membanjiri gadis itu dengan ungkapan-ungkapan cinta yang puitis dan indah.

Lama-kelamaan gadis ini terganggu dan menanggapi pemuda itu. Gadis itu berkata, “Kata-katamu sangat indah, namun bersamaku ada saudara perempuanku yang lebih cantik. Bila kamu melihatnya, niscaya kamu akan lebih memilihnya dari pada aku".

Mendengar itu, si pemuda segera berpaling. Ia celingukan – toleh kanan kiri – mencari saudara perempuan gadis itu.

Saat itu pula si gadis langsung menempeleng pemuda itu seraya berkata, “Engkau pendusta. Bila engkau benar-benar mencintaiku, maka engkau tidak akan berpaling dariku dan mencari yang lain”.

Mereka yang benar-benar beriman pada Allah tidak akan berpaling dari Allah.

EKSPRESI CINTA

Cinta sebagai bahasa hati diekspresikan dengan berbagai ungkapan jasmani. Ungkapan jasmani cinta adalah mengerjakan apapun yang membuat Sang kekasih menyukai – meridoi – nya. Ungkapan itu paling tidak terdiri dari tiga hal. Pertama, selalu mengingat dengan menyebut dan memuji-muji kekasihnya. Kedua, mengobati rindu dengan menemui kekasihnya. Ketiga, melaksanakan apapun yang diperintah atau diminta kekasihnya dan menjauhi apapun yang dilarang oleh kekasihnya. Dalam bahasa agama, ketiga hal tersebut dinamakan taqwa.

Tidak dikatakan sebagai ekspresi cinta bila ketiga hal itu mempunyai latar belakang yang lain selain cinta – selain mencari rido dan kedekatan dengan kekasihnya. Latar belakang yang menjadi motivasi melakukan sesuatu dalam bahasa agama dikatakan niat. Niat yang semata karena mencari rido dan kedekatan dengan kekasihnya disebut Ikhlash.

Ekspresi jasmani itu dilatarbelakangi semata-mata demi kekasihnya itu. Latar belakang seperti itu dalam bahasa agama diistilahkan dengan ikhlash.

Dengan demikian, taqwa adalah ekspresi cinta dari manusia yang mencintai (beriman kepada) Allah. Ekspresi itu berbentuk segala hal yang membuat Allah rido dan dilaksanakan dengan ikhlash. Dengan demikian, taqwa adalah ekspresi jasmani dari cinta atau iman kepada Allah. Taqwa berbentuk zikir (mengingat dan memuji Allah), menemui Allah dan melaksanakan apa yang diperintah serta menjauhi apa yang dilarang Allah dengan niat yang ikhlash – semata-mata mencari rido dan kedekatan dengan Allah.

Rasululloh Muhammad s.a.w. menjelaskan bahwa tidak akan mencuri seorang pencuri ketika beriman kepada Allah dan tidak akan berzina seorang penzina ketika beriman kepada Allah.

HIKMAH KESETIAAN PADA CINTA

Mereka yang teguh – tetap setia – pada cinta dalam bahasa agama disebut dengan istiqomah. Mereka yang istiqomah akan mendapatkan ketenangan dan surga yang dijanjikan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendiriannya, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan menyampaikan) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.(Q.S. Fushshilat : 30)


Selengkapnya...